SLIDE

7/17/11

Asal-usul Desa Lansot

Asal-usul Desa Lansot berawal dari perjalanan sekelompok penduduk yang berasal dari perkampungan Kiawa (Tongkibut), untuk mencari pemukiman baru yang dipimpin oleh Dotu Seke’, Pisek dan Ma’abe pada sekitar tahun 1555 hingga 1560.
Dalam perjalanan mencari pemukiman baru mereka menemukan sebuah aliran sungai besar (nimanga), mereka percaya bahwa dengan menyusuri ke arah hulu sungai, mereka akan menemukan asal / sumber air yang mengalir yang berarti bahwa tanah itu subur.
Pada suatu waktu mereka menemukan sebuah aliran sungai kecil (Tu’unan) yang bermuara di sungai tersebut, mereka memutuskan untuk berjalan menyusuri sungai kecil itu dengan harapan bahwa daerah yang mereka idam-idamkan semakin dekat. Suatu hari mereka tiba di suatu tempat (bagian timur laut jembatan Tu’unan sekarang) yang merupakan daerah daerah yang cukup baik untuk dijadikan pemukiman sementara, di daerah itu juga terdapat sungai kecil lainnya (memea’) yang airnya sangat jernih untuk dijadikan air minum yang mengalir ke sungai yang mereka telusuri itu. Mereka memutuskan untuk tinggal tak jauh dari kedua sungai tersebut hingga mereka menemukan daerah yang lebih cocok untuk pemukiman mereka.
Tak berapa lama mereka bermukim di tempat itu, penduduk ditimpa bencana sakit penyakit yang berupa gatal-gatal di sekujur tubuh sehingga mengkibatkan penderitaan. Untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari musibah tersebut, para dotu melakukan upacara / ritual yang dipimpin oleh seorang Walian untuk meminta petunjuk kepada Opo Walian Wangko. Setelah upacara / ritual dilakukan, para dotu berpendapat bahwa ‘air’ merupakan pencuci segala yang kotor termasuk sakit penyakit. Oleh sebab itu penduduk diharuskan untuk mencari tempat pemukiman baru dengan menyeberangi sungai Tu’unan dan mandi di sungai tersebut agar mereka terhindar dari musibah.
Akhirnya diputuskan untuk mencari pemukiman baru, sebagian penduduk memisahkan diri dan pergi kearah selatan daratan tareran, sedangkan yang lainnya dibawah pimpinan Dotu Seke’, Pisek dan Ma’abe memutuskan untuk menyeberangi sungai dan tiba di suatu aliran sungai kecil yang berair sejuk dan jernih. Mereka memutuskan untuk mandi di sungai kecil itu dan membersihkan segala kotoran sakit penyakit sesuai petunjuk dari para dotu. Daerah tempat air mengalir tersebut kemudian dinamakan “Kelembung”, nama yang diambil dari sejenis pohon yang getahnya sangat gatal dan menimbulkan luka apabila terkena kulit (penduduk lansot menyebutnya pohon kelemur), pemberian nama ini sebgai peringatan bahwa aliran sungai di daerah ini dugunakan untuk membersihkan penyakit yang menyerang tubuh mereka.

Dalam perjalanan melintasi dan menyusuri hutan, tak lama kemudian mereka tiba di suatu tempat dimana terdengar banyak kicauan burung juga terdapat sumber mata air yang dapat diminum, sumber air tersebut kemudian dinamakan Rano Lansot yang berarti Air Lansat, melihat keadaan lokasi yang baik untuk pemukiman dengan daerah yang subur dan ramai oleh kicauan burung, maka para dotu menetapkan daerah tersebut akan dijadikan tempat pemukiman yang baru.
Sebelum membuka perkampungan baru , sesuai kepercayaan penduduk maka dilakukan ritual keagamaan untuk meminta izin kepada opo-opo yang mendiami daerah tersebut dan meminta restu dari Opo Kasuruan Wangko yang dipercaya sebagai Pencipta Langit dan Bumi, agar diperkenankan bagi penduduk untuk membuka pemukiman. Setelah upacara dilakukan, mereka kemudian menancapkan batu (Tumutoa) ditengah-tengah lokasi sebagai tanda bahwa lokasi tersebut telah direstui untuk mendirikan kampung baru. Untuk menentukan nama yang akan diberikan maka mereka mengadakan musyawarah, namun sepanjang musyawarah berlangsung, para Tonaas/Dotu belum juga mencapai kata sepakat mengenai nama kampung yang akan mereka dirikan. Pada saat musyawarah sedang berlangsung tiba-tiba jatuh buah Lansat tepat ditengah-tengah mereka, saat itu para dotu teringat bahwa mereka memilih tempat ini sebagai pemukiman baru karena mereka melihat banyak sekali burung yang berkicau dengan merdu dan enak didengar yang menjadi petunjuk untuk mendirikan pemukiman. Ternyata burung-burung tersebut sedang bergembira sambil memakan buah Lansat/Lansot yang lagi musim berbuah.
Dari peristiwa tersebut akhirnya disepakati bahwa kampung yang akan didirikan dinamakan “Lansot” yang diambil dari nama buah yang jatuh dan tumbuh disekitar tempat tersebut. Itulah asal usul nama Lansot sebagai nama desa hingga sekarang ini. Begitupun dengan sumber air yang mereka temukan pertama itu dinamakan “Rano Lansot” karena berada di daerah yang ditumbuhi oleh pohon Lansat.
Lebih dari seabad penduduk menetap didaerah ini yang diperkirakan awal berdirinya Desa Lansot sekitar tahun 1560 Masehi dan ditempati oleh penduduk mula-mula hingga tahun 1650 Masehi. Tetapi pada akhir abad 17, penduduk Desa Lansot yaitu anak – cucu penduduk Desa Lansot mula-mula mulai berpindah keatas bukit sebelah utara dari perkampungan lama yaitu disebelah timur pohon Lowian..

Referensi    :    Buku “DESA LANSOT - Asal usul Dan Perkembangannya”
Oleh    :    Drs. Sonny V.H. Prang

0 Write Here:

Post a Comment